Archive

Archive for the ‘Lingkungan’ Category

di temukan Batuan tertua di dunia

September 26, 2008 Leave a comment
Reference : http://kompas.com/read/xml/2008/09/26/11544675/ditemukan.batu.tertua.di.bumi
Ditemukan, Batu Tertua di Bumi

Bagian dari batu tertua di Bumi yang usianya 4,28 miliar tahun.
JUMAT, 26 SEPTEMBER 2008 | 11:54 WIB

QUEBEC, JUMAT — Para ilmuwan telah menemukan batuan yang hingga saat ini diyakini sebagai batu tertua di Bumi. Usianya yang mencapai 4,28 miliar tahun membuat batu itu lebih tua 250 juta tahun dibanding batu-batu tua yang ditemukan sebelumnya.

Menurut perhitungan ilmiah, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu dari piringan debu dan gas yang mengelilingi Matahari. Namun sisa-sisa dari bongkahan batu Bumi yang asli amat sulit ditemukan karena sebagian besar materinya terdaur ulang oleh perut Bumi akibat gerakan lempeng tektonik yang terus-menerus mengubah permukaan Bumi.
  
Pada tahun 2001, para ahli geologi menemukan lempengan batu yang dikenal sebagai sabuk hijau Nuvvuagittuq di pesisir timur Hudson Bay, Quebec utara. Menduga bahwa batu-batu di sana mungkin berasal dari periode awal terbentuknya Bumi, para pekerja geologi menelitinya untuk menentukan usianya. Mereka mengukur variasi-variasi kecil isotop (bagian unsur yang memiliki jumlah netron berbeda) dari elemen langka Bumi, neodymium dan samarium, dalam batuan itu dan memastikan bahwa batuan itu berusia 3,8 hingga 4,28 miliar tahun.

Umur tertua, berasal dari batu yang disebut “faux amphibolite”, diyakini sebagai endapan vulkanis kuno. Batu ini mengalahkan batu yang dianggap tertua sebelumnya, dengan usia 4,03 miliar tahun dan berasal dari formasi yang disebut Acasta Gneiss, Wilayah barat laut Kanada.

Satu-satunya materi awal yang lebih tua dibanding batu Nuvvuagittuq adalah zircon dari butiran mineral terisolisasi yang tahan terhadap cuaca dan proses geologi. Zircon tertua dari butiran-butiran di Australia Barat usianya sekitar 4,36 miliar tahun.

Batu Nuvvuagittuq adalah batu tertua yang ditemukan sampai saat ini, menurut ahli geologi Richard Carlson dari Carnegie Institution, yang menganalisa batu itu bersama Jonathan O’Neil, mahasiswa doktoral di McGill University Montreal. Penelitian mereka diumumkan di jurnal Science yang terbit 25 September ini.

Categories: Lingkungan Tags:

Pengerukan pasir pantai geger Mempercepat Kerusakan Bali

September 26, 2008 Leave a comment

Reference : http://www.balipost.com

 Berita Nusantara
Jumat, 26 September 2008 | BP
Pengerukan Pasir Pantai Geger
Mempercepat Kerusakan Bali
Prediksi kawasan Bali Selatan, termasuk Kuta, akan tergenang air pada tahun 2030-an sempat mencuat dalam diskusi terbatas tentang lingkungan di Bali Post, dua tahun lalu. Saat itu, Kepala Pusreg Lingkungan Hidup Bali-Nusra R. Sudirman menyatakan, berdasarkan kajian-kajian ilmiah dan fenomena alam secara global, Bali Selatan berpotensi tergenang air alias tenggelam. Ia pun merekemondasikan agar semua kabupaten/kota di Bali memperbanyak kawasan tutupan sebagai upaya melakukan pengendalian kerusakan lingkungan yang bisa mempercepat peningkatan volume air laut. Adakah pengerukan pasir pantai Geger akan mempercepat naiknya air di Kuta?

AHLI geomorfologi Unud R. Suyarto mengingatkan kekhawatiran banyak kalangan atas dampak pengerukan pasir pantai Geger layak menjadi perhatian pemberi izin, dalam hal ini Bupati Badung. Masalahnya, teknis pengerukan yang akan dilakukan tidak jelas. Kajian terhadap kondisi pantai Geger juga tak pernah disampaikan kepada publik secara utuh. Padahal ketika amdal dibuat, wajib hukumnya ada sosialisasi secara terbuka, untuk menghindari terjadinya manipulasi terhadap potensi dan risiko. ‘Proses pengerukan ini kemungkinan besar tanpa dibarengi pengawasan teknis oleh pemberi izin. Ini jelas akan berpotensi menimbulkan kerusakan pesisir,’ ujarnya.

Ketua Walhi Bali Agung Wardana mengatakan, dalam urusan pengelolaan kekayaan alam adalah hak masyarakat untuk memperoleh informasi lingkungan, khususnya amdalnya. Dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup, masyarakat mempunyai hak berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk partisipasi tersebut adalah hak untuk terlibat dalam memberikan masukan sebelum pengambilan kebijakan. ‘Sekali lagi, ini sebuah pelanggaran atas hak yang tak memberikan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan informasi,’ tukasnya.

Suyarto yang juga peneliti PPLH Unud ini mendukung penyetopan pengerukan pasir sampai adanya proses kajian yang transparan atas kandungan pasir di pantai Geger. ‘Pengerukan pasir di laut lepas harus dilihat apakah pasir itu masih berkaitan dengan pantai atau tidak. Yang pasti dampak pengerukan pasir yang tak sesuai prosedur teknis akan sangat berisiko,’ ujarnya.

Menyinggung apakah pengerukan ini berpotensi terjadinya percepatan prediksi Bali Selatan termasuk Kuta tenggelam? Suyarto mengatakan itu sangat tergantung dari perilaku pengelolaannya. ‘Pengerukan pasir di Bali Selatan jelas berisiko bagi Bali,’ ujarnya. (044/029)

Categories: Lingkungan Tags: , ,